Monday, December 20, 2010

hidupmu bukan hidupnya

Ini adalah kisah tentang seorang gadis remaja. Bukan merupakan kisah sedih yang sengaja diulis oleh pengarangnya berdasarkan pikiran yang datang saja, bukan sekedar cerita yang membuat kita berbeda, tapi ini kisah nyata. Kisah yang benar – benar terjadi, seorang gadis remaja yang menganggap cobaan hidupnya sangat berat. Bukannya tidak percaya akan kemampuan Tuhan, tetapi entah mengapa ia ragu. Meskipun keajaiban Tuhan sering ia alami tapi tak tahu mengapa gadis ini tidak mengerti juga. Ia terlahir sebagai seorang gadis yang beranjak remaja dengan watak keras, kepala batu, ingin menang sendiri, selalu mempertahankan apa yang menurutnya benar. Di kehidupan biasanya ia cukup terkenal, karena berwatak seorang pemimpin, baik, humoris, memiliki banyak teman, dan juga memiliki tanggung jawab. Tetapi dibalik itu semua terbentuk jiwa yang sangat rapuh, rapuh, bahkan sangat rapuh. Ada banyak masalah yang orang – orang di sekitarnya tidak tahu. Hal ini ia simpan selama belasan tahun lamanya. Setiap hari ia menangis, meminta petolongan pada Tuhan, tapi entahlah mengapa ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan. Masalah yang cukup berat dialaminya yaitu ingin membahagiakan orang tuanya. Mungkin menurut orang lain itu tidak penting, tetapi menurutnya itu sangatlah penting. Ia mulai memiliki keinginan itu ketika ia melihat ibunya menangis karena sudah pusing mengurus seluruh keuangan dalam keluarga. Banyak sekali kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhinya. Belum lagi masalah kakaknya yang pertama yang selalu menginginkan barang – barang yang sebenarnya tidak bisa dipenuhi. Ya… ia selalu memaksakan kehendaknya sendiri, lalu sang ayah yang mulai tidak mempedulikan kebutuhan anak dan istrinya. Anehnya sang ayah ini sangat patuh apabila ia disuruh membeli barang apapun yang disuruhkan oleh kakaknya. Melihat keadaan itu semua, ibu sang anak menuju tempat tidur dan menumpahkan semua air matanya yang telah berat ditampung dalam matanya. Mulai dri saat itu ia memiliki satu tekad. Ya, apalgi kalo bukan membahagiakan orang tuanya terutama ibunya. Ia sadar bahwa ia bertahan hanya karena ibunya. Meskipun kadang ia membantah dan berpura- pura tersenyum, itu dilakukannya untuk menyembunyikan perasaanya yang gundah dan rapuh. Tetapi ada masalah yang bisa dibilang juga cukup berat. Ia ingin membahagiakan oranag tuanya tetapi kebahagiaan sejatinya belum ia dapatkan. Tetapi hal itu disimpan saja tak peduli kata orang. Neraka kecil telah terbentuk di hatinya yang paling dalam.
Setiap hari rasa jengkel pada ayahnya terus bertambah. Sang ayah terus menerus mamaksakan kehendaknya, tidak pernah mementingkan perasaan sang anak. Perasaan buah hatinya sendiri. Memaksakan sang anak melebihi kemampuan normalnya sendiri. Tidak menghargai hasil karya si anak sendiri. Selalu saja keinginan sang ayah harus yang nomor satu. Hati sang anak sangatlah tersiksa. Sakit, itulah yang dirasakannya. Mungkin tiap hari hanya tangisanlah sahabat sejatinya. Meskipun terlihat kuat ternyata rapuh. Memang dunia tak bisa ditebak sama halnya dengan kehidupan. Kehidupan yang membuat kita sukses dan kehidupan pula yang membuat kita gagal. Kehidupan yang membuat kita bahagia dan kehidupan pulalah yang membuat kita mengangis dan pada akhirnya kehidupan yang memberi dan mengambilnya dari hidup kita itu sendiri menuju kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tidak berkesudahan. Kehidupan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Langka, nyaris langka. Kehidupan itulah yang membuat kita nanti akan terus merasa tentram damai dan bahagia.

0 comments:

Post a Comment