Tuesday, May 15, 2012

3 Tahun


” setiap pertemuan berbuah pada perpisahan. Setiap tawa berakhir tangis. akankah yang hilang dapat kembali?”

                3 tahun. Semenjak itulah kata papa tidak terlontar dari mulutku. Kata “da papa” yang kuucapkan setiap turun dari mobil menuju ke sekolah. 3 tahun juga aku tidak mendengar balas sapa “ya nak, hati hati ya” dari mulutnya.
                3 tahun. Semenjak itulah aku menyesal pernah menyakiti hatinya. Padahal dia selalu menjadi tameng ketika aku dimarahi mama. Dia yang paling bahagia, mengeluarkan ekspresi paling bahagia di dunia ketika aku sukses. Dia yang paling bangga ketika aku berhasil.
                3 tahun. Semenjak itu hidupku berubah dari mengasihani jadi dikasihani. Hidup mandiri, mengandalkan kekuatan. Belajar menjadi tuli akan perkataan pendosa – pendosa. Menjadi buta melihat kepalsuan mereka.
                3 tahun. Semenjak itu aku tidak pernah melihat mata sayu sajak pengharapan. Hati seorang wanita dalam wujud pria. Tangan lembut halus wanita dalam wujud pria. Dan hati suci wanita dalam wujud seorang pria. Mungkin takdir iri terhdap kami, dunia tak suka dengan kebahagiaan yang kami pertontonkan. Kami berpisah satu sama lain. 3 tahun sudah dan akan berlanjut 4 5 6 7 8 9 10 dan bahkan selamanya. selamanya. Selamanya menyiksa akan manisnya rasa. Sukanya hidup. Bahagianya tawa.
                3 tahun. Semenjak itu dia merasakan kebahagiaan. Tidak ada kesedihan,tangis dan kekhawatiran. 3 tahun sudah dia duduk menikmati jerih payah hidupnya. Tersenyum melihat kami melakukan aktivitas sehari hari. Tersenyum karena kami masih bisa bernafas meski tanpanya. Tidak bersama kami. Dia sendiri, karena aku berada di dimensi lain daripadanya.

“ dia boleh pergi. tetapi memory yan dibuatnya tidak akan pernah terhapus.tidak akan.
 I LOVE YOU PAPA :* ”

Posted by: irenejessicakalangi

Rumah Cokelat


karena ada begitu banyak rasa ”

               
                Rumah cokelat. Menyimpan rasa manis. Melebihi manis apapun. Manis cinta, manis kasih dan manis rasa. Melebih cinta dewa amore. Rasa sayang suci. Rasa melindungi, ingin membahagiakan. Sebagaimana terlukisakn dalam takdir. Ada kehangatan, kasih sayang, saling memiliki. Dunia iri melihat manis rumah cokelatku. Para malaikatpun menyembahnya. Mencintai dan menyayangi hanya untuk mereka yang terkasih, terayang, tercinta. Yang lain tak berhak mendapt kan rasa mais rumah cokelatku. Tidur di atas beribu kapas ditemai para senorita. Seperti mendiami jagat raya. Sangatmanis, sangat indah.

                Rumah cokelat. Menyimpan sakit hati. Mampu membakar angin yang melintas, menghancurkan batu yang diam terduduk. Menyapu ratakan surga.  Sekan pisau dapat melululantahkan semua. Mengiris pendosa – pendosa malang, menghilangkan nyawa – nyawa meeka yang menyakiti, yang membuat rumah cokelatku menangis, rapuh dan tidak berdaya. Membiarkan mereka terbakar panasnya api neraka, membiarkan mereka terluka, membiarkan darah segar keluar dari tubuhnya yang tercabik – cabik.

                Rumah Cokelat, menyimpan rasa pahit. Menghadirkan tetesan – tetesan air mata tak berdosa. Mengahdirkan mayat dari selubung tanah, membangunkan singa yag tertidur. Dia berdosa membuat kami rapuh. Dia tak termaafkan membuat kami dikasihani. Dia tak berperasaan membuat kami menerima caci maki. Sampai kapan kami harus memakai topeng? Dia yang ditunggu tak juga mengubah takdir, tak juga merubah dunia.